Shilahudin Sirizar

Arifin Panigoro Menjadi Anggota Kehormatan Bonek

Surabaya- Laga Persebaya 1927 kontra Persema di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya, Minggu (15/5), begitu spesial bagi tim tuan rumah. Selain menang 4-0, dan berhasil menggusur Persema dari puncak klasemen Liga Primer Indonesia (LPI), Persebaya 1927 sore itu juga kedatangan tamu istimewa, yaitu Arifin Panigoro.
Bos Medco Group yang juga penggagas LPI itu tiba di stadion pada saat jeda pertandingan. Didampingi Saleh Ismail Mukadar, Komisaris Persebaya 1927, rombongan pengusaha yang juga calon wakil ketua umum PSSI itu langsung menempati tribun kehormatan. Sementara Widjajanto, CEO LPI, dan sejumlah CEO klub telah tiba lebih dulu, beberapa menit sebelum pertandingan dimulai. Termasuk Abi Hasantoso, GM Communication Department LPI.

Sebelum duduk, Arifin Panigoro mendapat kalungan syal Persebaya 1927 dari Saleh Ismail Mukadar dan Ita Siti Nasyiah, koordinator bonek wanita (bonita). Seremoni itu sebagai penanda bahwa Arifin Panigoro telah ditahbiskan menjadi anggota kehormatan bonek.
"Iya, mulai sore ini Pak Arifin telah menjadi anggota kehormatan bonek yang merupakan suporter fanatik Persebaya 1927," kata Ram Surahman, humas Persebaya 1927. Sambil menerima syal berwarna dasar hijau itu, wajah Arifin Panigoro terus tersenyum.
Ribuan bonek memberikan aplaus panjang ketika Arifin Panigoro, yang dikenal concern terhadap pembinaan sepakbola usia dini itu, mengangkat syal yang baru ia terima. Arifin Panigoro pun tampak serius menikmati pertandingan Persebaya 1927 melawan Persema yang berlangsung ketat.
Dia baru meninggalkan stadion setelah wasit Drage Stojanovski asal Macedonia meniup peluit panjang. Turun dari tribun kehormatan, lagi-lagi pengusaha asal Bandung itu menjadi rebutan penonon yang ingin bersalaman.
"Hidup Persebaya!  Hidup Pak Arifin! Maju terus, Pak!" teriak seorang penonton.
Selain terasa istimewa berkat kehadiran Arifin Panigoro, panpel Persebaya 1927 bisa tersenyum lega karena mendapat penghasilan kotor Rp 669.500.000. Itu merupakan pendapatan terbesar sepanjang penyelenggaraan pertandingan kandang tim berjuluk Green Force alias Bajul Ijo itu.
Panpel mencetak 30 ribu lembar tiket, dengan rincian 5 ribu tiket untuk suporter, 23 ribu tiket ekonomi, 1.500 tiket utama, dan 500 lembar tiket VIP. Tiket sebanyak itu ludes sejak jam sembilan pagi.
Angka 30 ribu itu juga merupakan rekor pencetakan tiket terbanyak Liga primer Indonesia (LPI). Rekor sebelumnya adalah 23 ribu lembar, ketika Persebaya 1927 menjamu Jakarta FC. "Meskipun cetak 23 ribu tiket, tapi jumlah penontonnya waktu itu juga tembus 30 ribu. Itu karena tiket ekonominya habis sehingga tiket kelas utama dan VIP kita jual kepada penonton ekonomi dengan cara patungan. Jadi, satu tiket bisa untuk masuk tiga sampai lima penonton," ungkap Sutrisno, Ketua panpel Persebaya 1927.
Animo penonton untuk menyaksikan laga Persebaya 1927 vs Persema memang luar biasa. Sejak pagi hari, ribuan bonek sudah menyerbu Stadion 10 Nopember untuk mengantre tiket. Hal itu memaksa petugas keamanan menutup beberapa akses jalan menuju stadion.
Nyatanya, masih banyak penonton yang tidak kebagian tiket. Ada juga yang bisa membeli, tapi dengan harga di luar kewajaran. "Ini tadi dapat dari calo Rp 30 ribu, Mas. Padahal, kalau beli di loket cuma Rp 20 ribu," keluh seorang penonton sambil menunjukkan tiket ekonomi yang dipegangnya.
Sedikitnya, 2.000 personel keamanan dikerahkan untuk mengamankan jalannya pertandingan. Padahal, menurut Sutrisno, biasanya panpel hanya mengerahkan 1.000 sampai 1.500 personel. "Jumlah personel sebanyak itu atas permintaan pihak keamanan sendiri. Kita bisa memaklumi, karena mereka pasti tidak mau mengambil risiko," tutup Sutrisno

Categories:

Leave a Reply